Senin, 28 November 2011

Kepentingan dalam kepentingan



Oleh : Putra rizki youlan r

Tidak lama lagi Pilkada akan bergulir di bumi syariat ini. Disana sini kita melihat semua calon legislative dan calon kepala daerah yang di usung oleh parpol maupun independent berkampanye ria. Entah apa yang mereka janjikan,beribu kata manis mereka lontarkan, bahkan menangis pun mereka rela.

Melihat fenomena ini pati tak lazim lagi bagi masyarakat kota maupun desa,beribu janji mereka lontarkan dan puluhan juta uang mereka keluar kan demi menduduki kursi dewan dan kepala daerah. Lucunya saat meraka telah menjadi anggota dewan atau kepala daerah, malah mereka menindas rakyat.

Fenomena ini tak asing lagi memang, entah dimana letak urat male pemimpin kita yang duduk di kursi dewan maupun kepala daerah. Seakan – akan mereka menjadi kepala daerah itu adalah sebuah hal yang turun temurun dan mengharuskan mereka.

Mereka lupa terhadap janji yang di ubar nya. Bahkan yang lebih buruk nya lagi ,janji yang mereka ubar kan seakan tak pernah terjadi. Ini lah pemimpin muka teubai (tak tau malu ), bisa nya hanya mengubar janji dan janji..

Jikalau saja rakyat tak memilih satu pun calon pemimpin di daerah ini, apa kah mungkin mereka akan duduk di kursi empuk itu. Mungkin kedengaran konyol jika semua orang di daerah syariat ini semua nya Golput, karena didalam kepentingan seorang pemimpin ada sebuah kepntingan di kalangan pemilih.

Kepentingan ini saya maksud kan kepada sanak saudara dan rekan - rekan , baik dari pengusung maupun yang mungkin akan di untung kan jika calon yang mereka pilih tersebut terpilih jadi anggota legislative atau kepala daerah.

Kepentingan ini lah yang menyebabkan ada nya politik saudara dan rekan – rekan. Ini sangat berakibat fatal untuk terbentuknya sebuah keadilan dan kemakmuran di bumi syariat ini. Jikalau kepentingan didalam kepentingan  ini dapat di hapuskan, bukan tidak mungkin Bumi serambi mekkah ini akan makmur dan sejahtera.

Bukan kah sebuah kemakmuran dan sebuah perubahan yang di harap kan oleh rakyat. Tapi yang di dapat malah sebalik nya. Kpentingan pribadi lebih mereka dahulukan ketimbang memikirkan nasib rakyat yang puluhan tahun kelaparann dan hidup di bawah garis kemiskinan.

Entah kapan mimpi untuk terciptanya tatanan kehidupan yang layak itu akan terwujud. Hanya mereka yang duduk santai di parlemenlah yang menentukan, baik buruk nya tatanan kehidupan masyarakat semua adalah dari ulah pemimpin dan wakil rakyat. tapi percaya lah jika kepentingan dalam kepentingan masih tersimpan di dalam diri pemimpin pemimpin baru ini, bukan tak mungkin rakyat akan murka kembali.
Penulis adalah Mahasiswa
Fisip Sosiologi
Unsyiah 2011

0 komentar:

Posting Komentar